بسم الله الرحمن الرحيم
Bab Shalat kitab Fathul muin
Bab Shalat kitab Fathul muin
Translated by Aa. Miftah Hudaya
www.bismillahku.blogspot.com
و) إزالة (نجس) ولو معفوا عنه. (قليلا) أي حال كون المستعمل قليلا، أي دون القلتين. فإن جمع المستعمل فبلغ قلتين فمطهر، كما لو جمع المتنجس فبلغ قلتين ولم يتغير، وإن قل بعد بتفريقه. فعلم أن الاستعمال لا يثبت إلا مع قلة الماء، أي وبعد فصله عن المحل المستعمل ولو حكما، كأن جاوز منكب المتوضئ أو ركبته، وإن عاد لمحله أو انتقل من يد لاخرى. نعم، لا يضر في المحدث انفصال الماء من الكف إلى الساعد، ولا في الجنب انفصاله من الرأس إلى نحو الصدر، مما يغلب فيه التقاذف.
Kriteria Air musta’mal Menurut Ulama
dan menghilangkan najis, walaupun itu hanya najis ma'fu (najis yang dimaafkan) Kedudukan lapadz Qolil disini sebagai hal (dalam primary ilmu nahwu). yaitu "keadaan air yang musta'mal itu sedikit”. Tepatnya, kurang dari dua qulah. maka jika air musta"mal tersebut dikumpul dan ia mencapai dua qulah, maka air itu hukum-nya suci (bersih). sebagaimana air yang bernajis di-kumpulkan, dan ia mencapai dua qulah tidak diserta perubahan pada air tersebut, sekalipun ia menjadi sedikit karena terpisah, maka air itu hukum-nya suci.
Sungguh telah diketahui, bahwa air yang musta'mal itu tidak ditetapkan hukumnya , terkecuali karena sedikitnya air. Tepatnya, setelah air terrpisah dari tempat yang telah digunakan, walaupun itu di ambil secara hukum. Seperti air yang melewati pundak orang yang berwudhu atau melewati dengkulnya, walaupun kembali ketempat-asalnya, atau berpindah melalui tangan yang lain. “Iya benar, berpisahnya air dari telapak ke-sikut tidak merusak bagi orang yang berhadats, atau juga bagi orang junub dengan menjalankan air dari kepala ke-samping dadanya, seperti air yang mengalir deras pada umumnya.
فرع) لو أدخل المتوضئ يده بقصد الغسل عن الحدث أولا بقصد بعد نية الجنب، أو تثليث وجه المحدث، أو بعد الغسلة الاولى، إن قصد الاقتصار عليها، بلا نية اغتراف ولا قصد أخذ الماء لغرض آخر صار مستعملا بالنسبة لغير يده فله أن يغسل بما فيها باقي ساعدها. (و) غير (متغير) تغيرا (كثيرا) بحيث يمنع إطلاق اسم الماء عليه، بأن تغير أحد صفاته من طعم أو لون أو ريح، ولو تقديريا أو كان التغير بما على عضو المتطهر في الاصح، وإنما يؤثر التغير إن كان (بخليط) أي مخالطا للماء، وهو ما لا يتميز في رأي العين
Cabang Tentang Kemuthlaqkan Air.
Jika seorang yang wudhu memasukan tangannya dengan tujuan mandi dari hadats atau sebaliknya, yaitu tidak bermaksud demikian setelah ia berniat mandi junub. Atau semisal orang yang berhadats membasuh dengan mengulang tiga kali basuhan, atau sesudah basuhan yang pertama, jika ia bermaksud untuk meringkasnya tanpa ada niat ightiraf (yaitu, mengambil air dengan gayung) dan tidak bermaksud mengambil air untuk tujuan lain, maka air tersebut terhukum musta'mal. Karena terhubung dengan tangan yang lainnya, jika ia membasuh dengan apa yang ada padanya, akan sisa bagian lengan –nya itu tanpa banyak menyebabkan perubahan pada air tersebut. Sekiranya hal ini tidak menolak kemuthlaqkan nama air karena terjadi perubahan pada salah satu sifat-sifatnya. Semisal dari rasa, warna, atau baunya sekalipun itu dilihat secara perkiraan. atau dilihat dari perubahan yang disebabkan dari anggota badan orang yang bersuci. Hal yang demikian adalah menurut qaul yang paling shahih.
Sesungguhnya, perubahan air itu akan berbekas jika ia tercampur air yang lain-nya, dan adakalanya tidak dapat di bedakan melalui kasat-mata.
Fathul muin Bab Shalat 1 2 3 4 5 6 7 Kembali