Anjuran Tawasul Semirip Tawasul Sholawat Nariyah

Anjuran Tawasul Semirip Tawasul Sholawat Nariyah

PERINTAH NABI  BER-TAWASUL YG SEMIRIP TAWASUL DALAM SHOLAWAT “NARIYAH”
Hadits riwayat Ibnu Majah [1385], Ahmad [4/138], Hakim [1/313] Menurut Al-Rifa’i Al-Wahabidalam kitab At-Tawashul ila Haqiqat al-Tatawassul, hlm. 158, menyatakan bahwa hadits ini masyhur dan sahih.

وروي عن عثمان بن حنيف أنه قال: إن رجلاً ضريراً أتى النبي (ص) فقال: أدع الله أن يعافيني, فقال(ص) : (إن شئتَ دعوت, وإن شئتَ صبرتَ وهو خير ), قال: فادعه, فأمره (صلى الله عليه وآله) أن يتوضّأ فيحسن وضوءه ويصلّي ركعتين ويدعو بهذا الدعاء: (( اللهمّ إنّي أسألك وأتوجّه إليك بنبيّك نبيّ الرحمة, يا محمد إنّي أتوجّه بك إلى ربّي في حاجتي لتقضى, اللهم شفّعه فيّ )). قال ابن حنيف: فوالله ما تفرّقنا وطال بنا الحديث حتّى دخل علينا كأن لم يكن به ضرّ.

Artinya: Diriwayatkan melalui sahabat ‘Usman bin Hunaif ada seseorang yang sedang sakit datang ke baginda Nabi Muhammad SAW lalu berkata: Ya Rasulullah do’akan kami semoga Allah SWT memberikan kesembuhan kepadaku. Nabipun bersabda: seandainya kamu bersabar maka itu yang terbaik bagimu. Orang yang sakit berkata lagi: Do’akan kami. Dalam satu riwayat : ini sulit bagiku karena tidak ada yang menuntun kami. Akhirnya Rasululah pun memerintahkannya berwudhu’ dan berdo’a dengan do’a: “Ya Allah kami memohon dan menghadapmu dengan wasilah nabi mu Muhammad SAW,  Nabi yang membawa kedamaian. Wahai Muhammad sesungguhnya kami menghadap kepadamu sebagai wasilah kepada tuhanku untuk mengabulkan hajatku. Ya Allah berikan syafa’at baginda Nabi Muhammad kepadaku.  Ibnu Hunaif  berkata: Demi Allah tidak lama setelah itu seakan-akan tidak terjadi apa-apa padanya.

Riwayat Imam al-Hakim dan al-Turmudzi

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً ضَرِيْرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُوْ بِهِ يَرُدُّ اللهُ عَلَيَّ بَصَرِيْ فَقَالَ لَهُ قُلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي فَدَعَا بِهَذَا الدُّعَاءِ فَقَامَ وَقَدْ أَبْصَرَ (رواه الحاكم 1929 والترمذي 3578)

Dari Utsman bin Hunaif: Suatu hari seorang yang buta datang kepada Rasulullah s.a.w. berkata: Wahai Rasulullah, ajarkan saya sebuah doa yang akan saya baca agar Allah mengembalikan penglihatan saya. Rasulullah berkata: Bacalah doa (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku meminta-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui nabi-Mu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta Tuhanmu melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan berilah aku syafaat. Kemudian ia berdoa dengan doa tersebut, ia berdiri dan telah bisa melihat"  (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak No 1929, hadis ini memiliki banyak jalur riwayat, beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad walaupun Imam al-Bukhari dan Imam Muslim tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Imam al-Dzahabi mengatakatan bahwa hadis ini adalah sahih. Dan diriwayatkan oleh al-Turmudzi No 3578, ia berkata: Hadis ini Hasan Sahih Gharib)

Hadits Riwayat al-Thabrani
       Diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam kitab Mu'jam al Kabir dan al-Ausath dalam redaksi hadis yang sangat panjang dari Anas, bahwa ketika Fatimah binti Asad bin Hasyim (Ibu Sayyidina Ali) wafat, maka Rasulullah turut menggali makam untuknya dan Rasul masuk ke dalam liang lahadnya sembari merebahkan diri di dalam liang tersebut dan beliau berdoa:

 اللهُ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ اِغْفِرْ ِلأُمِّي فَاطِمَةَ بِنْتِ أَسَدٍ وَلَقِّنْهَا حُجَّتَهَا وَوَسِّعْ عَلَيْهَا مَدْخَلَهَا بِحَقِّ نَبِيِّكَ وَاْلأَنْبِيَاءِ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِي فَإِنَّكَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ (رواه الطبراني في المعجم الكبير 20324 والاوسط 189 ورواه ابو نعيم فى حلية الاولياء عن انس 3 / 121)

"Allah yang menghidupkan dan mematikan. Allah maha hidup, tidak akan mati. Ampunilah ibuku, Fatimah binti Asad, tuntunlah hujjahnya dan lapangkan kuburnya, dengan haq Nabi-Mu dan para Nabi sebelumku. Sesungguhnya Engkau dzat yang paling mengasihi"  (HR al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir No 20324, al-AusathNo 189 dan Abu Nuaim dalam Hilyat al-Auliya' III/121 dari Anas bin Malik)

Lanjutkan Baca

Kekeliruan Wahabiyah Tentang Shalawat Nariyah
Pendapat Para Ulama Tentang Tawasul
Anjuran Tawasul Semirip Tawasul Sholawat Nariyah
Sahabat Nabi Dan Para Ulama Besar Pun Bertawasul
Inilah Keutamaan Sholawat Nariyah Menurut Qoul Ulama