Mengenal Tujuh Qiraat Yang Shahih

Mengenal Tujuh Qiraat Yang Shahih







TUJUH QIRAAT YANG SHAHIH
Mengenal Qiraatussab'ah

  Pendahuluan

Saudara saudaraku yang dirahmati Allah…….

        Mempelajari tentang Qiraatussab’ah mengingatkan kita kembali ketika disaat masih belajar di pondok pesantrententang satu kitab yang di karang oleh seorang wali-shalih yang bernama Assyekh, Alfaqih, Al-imam, Al-alim, Al alamah, Al-muhaqiqi Waliusshalih Assayyid Ali Annuri Asshafaqisi r.a didalam kitabnya yang bernama Ghastunnaf’i fi Qiraatussab’ah. Yang dirangkum didalam kitab Sirajul-Qori Al-Mubtadi karang an Abi Qosim bin Ali bin usman bin Muhammad bin ahmad bin hasan al Baghdadi Pada halaman 9-13. Ada kurang lebih 40 pendapat ulama ahli-hadist tentang hadist mutawatir yang isinya : “ Inna hazal-quran unjila ala sab’ati ahrufin (Al-hadist). Artinya : sesungguhnya qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf(Dialek/Bacaan).

  Beberapa Penafsiran Tentang Hadist Diatas

       Kemudian munculah beberapa opini dan interprestasi yg menafsirkan makna kalimat  SABA'ATU-AHRUF". Diantara-nya adalah :

Opini Imam abu ubed : “Destinasi makna sab’atul-ahruf adalah dialek yang dipakai oleh 7(Tujuh suku arab). Diantaranya : Quraisy, Hujel, Steqif, Hawajin, Kinanah, Tamim, dan yaman..

 Menurut ahli hadist : Makna kalimat sabatul-ahruf adalah makna 7 hukum. 7 hukum yang dimasud adalah Halal, Haram, Muhkam, Mutasyabih, Amstal, Insya, dan Ikhbar. Dan masih banyak pendapat yang lain yang berhubungan dengan hadist tersebut.

 Distraksi Syekh Muhammad Al-Jazari

       Ada  kisah klasik,  yang   masih appertain dengan hadist diatas, yaitu kisah Al-muhaqiq As-Syekh Muhammad bin Muhammad Al-Jazari beliau adalah ahli qiraat yang familiar dengan tuangan pembahasan shifat dan makhrul-huruf dalam pembacaan Al-Quran. Di dalam kisah ini di ceritakan, “Bahwa beliau sangat sulit dalam  merekam pemahaman hadist rasulullah SAW  pada makna kalimat “ SAB'ATU-AHRUF”(tujuh huruf)_pen. Bahkan dilema (quandary) ini,  mencapai 30 tahun lamanya, sehingga Allah membukakankeyakinan-hati”  dari sebuah distraksi yang membayangi.  Al-hasil, munculah confidence (keyakinan) yang kuat “bahwa yang di maksud dengan kalimat SAB'ATU-AHRUF adalah “7 cara pembacaan Al-Quran, dari tujuh Ahli Qiraat.(Kesimpulan dari Istikharah Syeikh Muhammad Al-Jazari)

Keterangan : Jumlah mayoritas opini dan interprestasi mengenai “SAB’ATU-AHRUF” dari kalangan ulama ahli hadits adalah “7 cara pembacaan qraat dari 7 ahli qiraat”

  Asbabul-wurud Hadits

       Masih didalam kitab yang sama, pada halaman 10 terdapat Asbabul-Wurud tentang hadist diatas . Hadist ini berhubungan dengan kisah Umar bin khatab dan Hisyam bin hakim tatkala membacakan surat Al-Furqon selain yang pernah di baca oleh rasulallah. Maka datanglah malaikat Jibril menyampaikan pesan kepada rasulallah. Berkatalah Jibril AS :Ya Muhammad, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu, agar engkau membacakan Al-quran kepada umatmu atas satu huruf (dialek/bacaan). Kemudian Nabi berkata : “ ya jibril, aku meminta kepada Allah pengampunan dan pertolonganya, “sesungguhnya umatku tidak akan sanggup melaksanakan-nya. Maka kembalilah Jibril kepada Allah untuk menyampaikan Permohonan Rasulullah SAW. Kemudian  maka datanglah jibril membawa pesan yang kedua : Ya Muhammad, sesungguhnya Allah SWT memerintahkan kepadamu, agar engkau membacakan Al-quran kepada umatmu atas dua huruf (dialek/bacaan). Kemudian Nabi berkata  :ya jibril,  aku memohon kepada Allah pengampunan dan pertolonganyasesungguhnya umatku tidak akan sanggup melaksanakannya. Kemudian Kembalilah Jibril kepada Allah SWT untuk menyampaikan Permohonan Rasulullah SAW. Kemudian datanglah jibril membawa pesan yang ketiga : Ya Muhammad, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu, agar engkau membacakan al-quran kepada umatmu atas tiga huruf (dialek/bacaan). Kemudian Nabi berkata : ya jibril, Aku meminta kepada Allah pengampunan dan pertolonganya… .”sesungguhnya umatku tidak akan sanggup melaksanakannya ….Kembalilah Jibril kepada Allah dan datanglah jibril membawa pesan yang keempat : “Ya Muhammad, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu, agar engkau membacakan al-quran kepada umatmu atas tujuh huruf (dialek/bacaan). Dan malaikat Jibril As berkata lagi: “Ya Muhammad,  yang mana saja dari 7 dialek/bacaan tersebut mereka membacanya, maka mereka akan mendapatkan pahalanya dari apa yang mereka baca. (AlHadist)

 

Mari kita mulai mengenal mereka....

Para Qari yang hafal Al-Qur’an dan terkenal dengan hafalan serta ketelitiannya, dan menyampaikan qira’at kepada kita sesuai dengan yang mereka terima dari sahabat Rasulullah SAW.

Qira’at yang mutawatir semuanya kita kutip dari para qari yang hafal Al-Qur’an dan terkenal dengan hafalan serta ketelitiannya. Mereka ialah imam-imam qira’at yang masyhur yang meyampaikan qira’at kepada kita sesuai dengan yang mereka terima dari sahabat Rasulullah SAW. Mereka memiliki keutamaan ilmu dan pengajaran tentang kitabullah Al-Qur’an sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sebaik-baiknya orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.

Syaikh Abul Yusri ‘Abidin telah menyebutkan nama-nama qari dalam dua bait sya’ir:

Nafi’, Ibnu Katsir, ‘Ashim dan Hamzah, Abu ‘Amer, Ibnu ‘Amir dan Kisaiy.

Itulah tujuh Imam yang tak diragukan lagi.

  1. Ibnu ‘Amir

       Nama lengkapnya adalah Abdullah al-Yahshshuby seorang qadhi di Damaskus pada masa pemerintahan Walid ibnu Abdul Malik. Pannggilannya adalah Abu Imran. Dia adalah seorang tabi’in, belajar qira’at dari Al-Mughirah ibnu Abi Syihab al-Mahzumy dari Utsman bin Affan dari Rasulullah SAW. Beliau Wafat di Damaskus pada tahun 118 H. Orang yang menjadi murid, dalam qira’atnya adalah Hisyam dan Ibnu Dzakwan.

Dalam hal ini pengarang Asy-Syathiby mengatakan: “Damaskus tempat tinggal Ibnu ‘Amir, di sanalah tempat yang megah buat Abdullah. Hisyam adalah sebagai penerus Abdullah. Dzakwan juga mengambil dari sanadnya.

  2. Ibnu Katsir

       Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Abdullah Ibnu Katsir ad-Dary al-Makky, ia adalah imam dalam hal qira’at di Makkah, ia adalah seorang tabi’in yang pernah hidup bersama shahabat Abdullah ibnu Jubair. Abu Ayyub al-Anshari dan Anas ibnu Malik, dia wafat di Makkah pada tahun 120 H. Perawinya dan penerusnya adalah al-Bazy wafat pada tahun 250 H. dan Qunbul wafat pada tahun 291 H.

Asy-Syathiby mengemukakan: “Makkah tempat tinggal Abdullah. Ibnu Katsir panggilan kaumnya. Ahmad al-Bazy sebagai penerusnya. Juga….. Muhammad yang disebut Qumbul namanya.

  3. ‘Ashim al-Kufy

       Nama lengkapnya adalah ‘Ashim ibnu Abi an-Nujud al-Asady. Disebut juga dengan Ibnu Bahdalah. Panggilannya adalah Abu Bakar, ia adalah seorang tabi’in yang wafat pada sekitar tahun 127-128 H di Kufah. Kedua Perawinya adalah; Syu’bah wafat pada tahun 193 H dan Hafsah wafat pada tahun 180 H.

Kitab Syathiby dalam sya’irnya mengatakan: “Di Kufah yang gemilang ada tiga orang. Keharuman mereka melebihi wangi-wangian dari cengkeh Abu Bakar atau Ashim ibnu Iyasy panggilannya. Syu’ba perawi utamanya lagi terkenal pula si Hafs yang terkenal dengan ketelitiannya, itulah murid Ibnu Iyasy atau Abu Bakar yang diridhai.

  4. Abu Amr

       Nama lengkapnya adalah Abu ‘Amr Zabban ibnul ‘Ala’ ibnu Ammar al-Bashry, sorang guru besar pada rawi. Disebut juga sebagai namanya dengan Yahya, menurut sebagian orang nama Abu Amr itu nama panggilannya. Beliau wafat di Kufah pada tahun 154 H. Kedua perawinya adalah ad-Dury wafat pada tahun 246 H. dan as-Susy wafat pada tahun 261 H.

Asy-Syathiby mengatakan: “Imam Maziny dipanggil orang-orang dengan nama Abu ‘Amr al-Bashry, ayahnya bernama ‘Ala, Menurunkan ilmunya pada Yahya al-Yazidy. Namanya terkenal bagaikan sungai Evfrat. Orang yang paling shaleh diantara mereka, Abu Syua’ib atau as-Susy berguru padanya.

  5. Hamzah al-Kufy

       Nama lengkapnya adalah Hamzah Ibnu Habib Ibnu ‘Imarah az-Zayyat al-Fardhi ath-Thaimy seorang bekas hamba ‘Ikrimah ibnu Rabi’ at-Taimy, dipanggil dengan Ibnu ‘Imarh, wafat di Hawan pada masa Khalifah Abu Ja’far al-Manshur tahun 156 H. Kedua perawinya adalah Khalaf wafat tahun 229 H. Dan Khallad wafat tahun 220 H. dengan perantara Salim.

Syatiby mengemukakan: “Hamzah sungguh Imam yang takwa, sabar dan tekun dengan Al-Qur’an, Khalaf dan Khallad perawinya, perantaraan Salim meriwayatkannya.

6. Imam Nafi.

       Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim Nafi’ ibnu Abdurrahman ibnu Abi Na’im al-Laitsy, asalnya dari Isfahan. Dengan kemangkatan Nafi’ berakhirlah kepemimpinan para qari di Madinah al-Munawwarah. Beliau wafat pada tahun 169 H. Perawinya adalah Qalun wafat pada tahun 12 H, dan Warasy wafat pada tahun 197 H.

Syaikh Syathiby mengemukakan: “Nafi’ seorang yang mulia lagi harum namanya, memilih Madinah sebagai tempat tinggalnya. Qolun atau Isa dan Utsman alias Warasy, sahabat mulia yang mengembangkannya.

7. Al-Kisaiy

       Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Hamzah, seorang imam nahwu golongan Kufah. Dipanggil dengan nama Abul Hasan, menurut sebagiam orang disebut dengan nama Kisaiy karena memakai kisa pada waktu ihram. Beliau wafat di Ranbawiyyah yaitu sebuah desa di Negeri Roy ketika ia dalam perjalanan ke Khurasan bersama ar-Rasyid pada tahun 189 H. Perawinya adalah Abul Harits wafat pada tahun 424 H, dan ad-Dury wafat tahun 246 H.

Syathiby mengatakan: Adapun Ali panggilannya Kisaiy, karena kisa pakaian ihramnya, Laits Abul Haris perawinya, Hafsah ad-Dury hilang tuturnya.