Bab Shalat Fathul muin 10 (Terjemah Indonesia)

Bab Shalat Fathul muin 10 (Terjemah Indonesia)

بسم الله الرحمن الرحيم
Bab Shalat kitab Fathul muin
Translated by Aa. Miftah Hudaya
www.bismillahku.blogspot.com




وكذا يشترط - على ما جزم به كثيرون - أن لا يكون وسخ تحت ظفر يمنع وصول الماء لما تحته، خلافا لجمع منهم الغزالي والزركشي وغيرهما، وأطالوا في ترجيحه وصرحوا بالمسامحة عما تحتها من الوسخ دون نحو العجين وأشار الاذرعي وغيره إلى ضعف مقالتهم. وقد صرح في التتمة وغيرها، بما في الروضة وغيرها، من عدم المسامحة بشئ مما تحتها حيث منع وصول الماء بمحله. وأفتى البغوي في وسخ حصل من غبار بأنه يمنع صحة الوضوء، بخلاف ما نشأ من بدنه وهو العرق المتجمد. وجزم به في الانوار.





  Hukum Kotoran Yang Ada Di Bawah Kuku

          Begitulah yang di-syaratkan (tentang wudhu). Dan ulama mayoritas menguatkan pendapatnya tentang syarat tersebut. Yakni tidak boleh ada kotoran dibawah kuku yang dapat menolak datangnya air atas kulit yang ada dibawahnya. Hal ini berbeda secara ijma. Sebagian mereka para ulama, diantara-nya Al-ghazali, Az-Zarkasyi dan selain beliau berdua, telah memanjangkan penjelasan tersebut di dalam tarjihnya. dan menyebutkan : “Tentang keringanan hukum pada kotoran yang ada dibawah kuku, selain yang berbentuk adonan (kenyal).

Imam Al-Adzra'i mengisarahkan dan ulama selain beliau : “Tentang kelemahan pendapat mereka”. Dan beliau menjelaskan didalam "Tutmah" dan selain kitab tersebut. dengan apa yang ada didalam “Ar-raudhah” dan selain kitab itu : “Tentang tidak ada-nya keringanan hukum tentang “kotoran” yang ada di bawah kuku sekiranya ia dapat menolak datang nya air ketempatnya.

Al-Baghawy Memberikan fatwa: “Tentang kotoran yang datang dari debu dapat merusak keabsahan-nya wudhu. Berbeda dengan apa yang mucul dari badan merka sendiri, yakni seperti keringat yg mengeras. dan beliau menguatkan hukum tersebut di dalam kitab Al- Anwar





و) خامسها: (دخول وقت لدائم حدث) كسلس ومستحاضة. ويشترط له أيضا ظن دخوله، فلا يتوضأ - كالمتيمم - لفرض أو نفل مؤقت قبل وقت فعله، ولصلاة جنازة قبل الغسل، وتحية قبل دخول المسجد، وللرواتب المتأخرة قبل فعل الفرض، ولزم وضوآن أو تيممان على خطيب دائم الحدث، أحدهما: للخطبتين والآخر بعدهما لصلاة جمعة، ويكفي واحد لهما لغيره، ويجب عليه الوضوء لكل فرض - كالتيمم وكذا غسل الفرج وإبدال القطنة التي بفمه والعصابة، وإن لم تزل عن موضعها. وعلى نحو سلس مبادرة بالصلاة، فلو أخر لمصلحتها كانتظار جماعة أو جمعة وإن أخرت عن أول الوقت وكذهاب إلى مسجد لم يضره






  Hukum Berwudhu Bagi Perempuan Yang Istihadhah

Syarat yang kelima adalah :“Masuknya waktu bagi orang yang terus menerus berhadats. Seperti orang yang selalu ingin buang air kecil (beser), dan perempuan yang istihadhah.

Disyaratkan juga baginya menyangka masuknya waktu shalat. Maka jangan berwudhu seperti orang yang tayamum untuk ritual shalat-fardu dan sunah-muaqqat sebelum waktu pelaksanaannya, atau untuk shalat janazah sebelum mayatnya dimandikan, atau untuk shalat-attahiatul-masjid sebelum masuk masjid, atau untuk shalat-shalat sunah rawatib yg di akhirkan sebelum melaksanakan shalat fardu.

  Wudhu bagi Khatib Jum'at Yang (كسلس) Mudah Kencing

Wajib 2 kali wudhu dan dua kali tayamum bagi khatib yang terus menerus hadats . salah satunya yakni untuk dua khuthbah, dan yang lain untuk ritual shalat jum'at. Dan cukup (sah) salah satu dari keduanya bagi yang lainnya.

  Wudhu Bagi Orang Yang (كسلس) Mudah Kencing

Dan wajib baginya untuk setiap kefarduan. Seperti tayamum, membasuh kemaluan, menganti kapas dan pembalut yang ada di mulut kemaluan, jika terus menerus di tempatnya . Seperti orang yang beser yang mempercepat shalatnya meskipun ia mengakhirkan shalatnya untuk kemashlahatan. Seperti menunggu shalat berjamaah atau shalat jumat meskipun shalat tersebut di akhirkan dari awal waktu. Dan seperti orang berangkat kemesjid. Maka yang demikian tidak merusaknya




Fathul muin Bab Shalat  1 2 3 4  5 6 7 8 9 10 11                                         Kembali